Jumat, 29 Januari 2010

Manajemen Resiko


Perkembangan pasar global yang cepat mengakibatkan resiko finansial bisa terjadi karena pengaruh perkembangan di seluruh dunia, seperti krisis global yang terjadi saat ini yang awal mulanya berasal kredit macet di Amerika. Namun imbasnya dengan cepat langsung mempengaruhi kondisi ekonomi dunia. Kondisi ekonomi dan pasar yang buruk akan mempengaruhi nilai tukar mata uang termasuk Indonesia dengan semakin lemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika, termasuk mempengaruhi tingkat suku bunga serta menyebabkan kenaikan harga komoditas barang. Sehingga diperlukan untuk mengelola dengan baik resiko finansial tersebut.
Resiko itu sendiri adalah kemungkinan terburuk dari hasil suatu prospek di masa depan. Dimana berarti resiko tersebut masih berupa probabilitas ( kemungkinan ) yang bisa terjadi atau tidak. Resiko muncul ketika kondisi finansial berubah secara dramatis yang biasanya disebabkan karena gejolak ekonomi yang tak menentu yang diawali dengan kegagalan sistem keuangan. Sehingga diperlukan manajemen resiko finansial. Manajemen Risiko finansial adalah suatu proses yang berhubungan dengan ketidak-pastian sebagai hasil dari kondisi pasar uang yang dihadapi sebuah organisasi yang mengakibatkan perlunya mengembangkan strategi manajemen yang konsisten dengan prioritas dan kebijakan-kebijakan internal organisasi tersebut. Mengelola resiko finansial dengan baik membuat keputusan organisasi tentang pengambilan sebuah resiko adalah bisa diterima atau tidak. Produk-produk dan strategi digunakan oleh pelaku pasar untuk mengelola resiko finansial adalah sama dengan proses yang digunakan oleh spekulan untuk meningkatkan kemampuan dan resiko.
Secara umum, proses tersebut dapat diringkas sebagai berikut :
• Mengidentifikasi dan memprioritaskan resiko finansial utama.
• Menentukan tingkat yang wajar dari resiko yang ditolerir.
• Mengimplementasikan strategi manajemen resiko dalam hubungannya dengan berbagai kebijakan.
• Mengukur, melaporkan, mengawasi dan melakukan perbaikan yang diperlukan.

Salah satu cara untuk mengelola resiko finansial dengan melakukan diversifikasi, dimana hal paling beresiko dari satu asset dikaji didasarkan hanya terhadap variabilitas pengembaliannya. Di lain pihak, teori portfolio modern mempertimbangkan tidak hanya resiko pada sebuah asset, tetapi juga kontribusinya pada keseluruhan hal beresiko dari portfolio yang ditambahkan. Organisasi mungkin mempunyai kesempatan untuk mengurangi resiko sebagai hasil diversifikasi resiko. penambahan dari komponen individual pada satu portfolio menyediakan peluang untuk diversifikasi. Sebuah diversifikasi portfolio harus berisi asset yang pengembaliannya tidak sama, atau secara negatif berhubungan dengan satu sama lain, hal tersebut akan mengurangi resiko terhadap resiko potensial total. Diversifikasi di antara asset investasi mengurangi dampak besar dari kerugian jika satu investasi gagal. Namun hal tersebut tidak berlaku jika pendiversifikasian yang dilakukan terhadap portfolio suatu asset berhubungan antara satu dengan yang lainnya, serta kondisi pasar secara umum sedang buruk.

Resiko finansial dipengaruhi oleh hal-hal berikut ini, diantaranya ;
• Tingkat suku bunga
Tingkat suku bunga adalah komponen utama dalam banyak harga pasar dan ukuran penting ekonomi. Mereka meliputi tingkat suku bunga riil ditambah tingkat inflasi yang terjadi, dimana inflasi mengakibatkan penurunan nilai dari uang. Tingkat suku bunga juga merefleksikan permintaan dan penawaran untuk dana dan resiko kedit. Tingkat suku bunga biasanya penting bagi perusahaan dan pemerintah karena biasanya tingkat suku bunga adalah ramuan utama dalam biaya modal. Kebanyakan perusahaan dan pemerintahan menginginkan pembiayaan utang untuk ekspansi (perluasan usaha) dan proyek modal. Ketika tingkat suku bunga meningkat, dampaknya akan menjadi signifikan bagi peminjam. Tingkat suku bunga juga mempengaruhi harga di pasar finansial lainnya, jadi dampak tingkat suku bunga sangat luas. Komponen lainnya dari tingkat suku bunga termasuk premi resiko yang merefleksikan nilai kredit oleh peminjam. Sebagai contoh, ancaman politik dan resiko kedaulatan negara bisa menyebabkan tingkat suku bunga meningkat, karena pada hakekatnya investor akan meminta kompensasi tambahan karena resiko yang lebih tinggi dari biasanya sebagai akibat dari tingginya tingkat ketidakpastian. Tingkat suku bunga ini didukung oleh beberapa teori, antara lain; teori ekspetasi, teori likuiditas, hipotesis serta teori segmentasi pasar.

• Nilai tukar valuta asing
Nilai tukar valuta asing ditentukan oleh permintaan dan penawaran terhadap suatu mata uang. Permintaan dan penawaran pada gilirannya akan dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam ekonomi, perdagangan asing dan aktivitas-aktivitas investor internasional. Aliran modal, dalam ukuran dan mobilitasnya, adalah hal yang penting dalam menentukan nilai tukar. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat suku bunga biasanya juga mempengaruhi nilai tukar diantara yang floating atau mata uang yang ditentukan pasar. Mata uang sangat sensitif untuk berubah sehingga perubahan diantisipasi dalam tingkat suku bunga untuk menjaga faktor-faktor resiko. Beberapa penggerak utama yang mempengaruhi nilai tukar antara lain; Selisih tingkat suku bunga dan inflasi yang terjadi, aktivitas perdagangan dalam mata uang lain, aliran modal dan perdagangan internasional, sentimen lembaga investor internasional, stabilitas finansial dan politik, kebijakan moneter dan bank sentral, serta tingkat utang domestik dan fundamental ekonomi. Nilai tukar valuta asing ini didukung oleh teori oleh; paritas daya beli, pendekatan neraca pembayaran , pendekatan moneter serta pendekatan asset.

• Harga Komoditas Barang
Harga komoditas fisik dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran. Tidak seperti asset finansial, nilai dari komoditas-komoditas juga dipengaruhi oleh pendukung lainnya seperti kualitas fisik dan lokasi. Persediaan suatu komoditas adalah fungsi dari produksi. Persediaan juga bisa mengurangi masalah dengan produksi dan distribusi, seperti kegagalan panen atau perselisihan dengan buruh. Dalam beberapa komoditas, variasi musiman dari persediaan dan permintaan adalah biasa. Permintaan untuk komoditas bisa dipengaruhi jika konsumen akhir bisa memperoleh barang pengganti dengan harga yang lebih murah. Disana bisa terjadi pergeseran utama dalam pilihan rasa konsumen dengan jangka waktu yang lama jika terdapat persediaan dan harga yang murah. Para pedagang komoditas sensitif terhadap kecendrungan dari kepastian harga komoditas yang bervariasi sesuai dengan urutan siklus ekonomi. Sebagai contoh, harga logam murni bisa naik pada akhir siklus ekonomi sebagai hasil dari kenaikan permintaan dan ekspansi. Harga dari komoditas-komoditas dimonitor sebagai dasar indikator utama. Harga-harga komoditas bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; tingkat inflasi yang diharapkan terutama untuk logam mulia, tingkat suku bunga, nilai tukar, tergantung bagaimana harga ditentukan, kondisi ekonomi pada umumnya, harga produksi dan kemampuan untuk mengirim ke pembeli, ketersediaan barang pengganti dan pergeseran dalam rasa dan pola konsumsi, cuaca, terutama untuk komoditas pertanian dan energi serta stabilitas politik, terutama untuk energi dan logam mulia.
Pertukaran telah ada sejak zaman dahulu, yang dimulai dengan berdirinya pasar, pasar telah ada di desa-desa kecil dan kota besar selama berabad-abad lalu, membiarkan para petani untuk berdagang produk mereka dan produk lain yang bernilai. Pasar ini adalah pendahulu dari pertukaran modern. Perkembangan berikutnya dari keberadaan pasar formal membolehkan penjual dan pembeli untuk menjamin harga untuk penjualan dan pembelian. Kemampuan untuk menjual produk dan jaminan harga merupakan hal yang sangat penting dalam pasar dimana barang-barang memiliki batas manfaat. Sekarang pasar membawa perkembangan produk-produk baru yang derivatif, sumber daya yang baru membuat jalan untuk perdagangan dan mempertemukan sistem pemesanan secara elektronik, untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya penjualan. Beberapa pertukaran yang umumnya virtual(tak terlihat), menggantikan satu lantai perdagangan fisik yang terhubung dengan pedagang di seluruh dunia demikian pula perluasan penerimaan dari kegunaan mereka. Meningkatkan penggunaan value-at-risk dan perangkat serupa untuk manajemen resiko dengan meningkatkan dialog manajemen resiko dan metodologi.
Pada tahun 1970, pergolakan dalam dunia pasar finansial dihasilkan dalam beberapa perkembangan penting. Perang regional dan konflik, persistensi tinggi tingkat suku bunga dan inflasi, melemahkan pasar ekuitas, dan kegagalan panen menghasilkan biaya produksi yang tidak stabil. Di antara resiko tersebut timbul pengenalan dari nilai tukar yang mengambang (floating). Tidak lama setelah Amerika Serikat mengakhiri konvertibilitas emas terhadap Dollar Amerika, Perjanjian Bretton Woods secara efektif mengakhiri masa tersebut dan mata uang dari negara-negara industri utama dipindahkan ke floating rate. Meskipun pasar mata uang tidak terlihat, tetapi merupakan pasar yang sangat luas. Perdagangan terhadap tingkat suku bunga di masa depan dimulai pada tahun 1970, yang mencerminkan peningkatan resiko pasar. New York Merchantile Exchange (NYMEX) diperkenalkan sebagai tempat penjualan kontrak energi di masa depan pertama pada tahun 1978 dengan pengiriman minyak di masa depan. Kontrak ini menyediakan sebuah jalan untuk para hegders untuk mengelola resiko harga. Perkembangan lain termasuk penetapan dari Commodity Futures Trading Commission ( CFTC ). Pada tahun 1999, sebuah mata uang baru Eropa (Euro), yang digunakan oleh Austria, Belgia, Finlandia, Perancis, Jerman, Irlandia, Italia, Luksemburg, Belanda, Portugal, dan Spanyol, dan dua tahun kemudian, Yunani. Perpindahan ke mata uang yang umum secara signifikan mengurangi resiko nilai tukar untuk perusahaan-perusahaan yang melakukan bisnis di Eropa dibandingkan dengan mengelola lusinan mata uang yang berbeda, dan menghidupkan sebuah arus konsolidasi bank. Namun disamping itu, ketika pasar modal kurang kuat secara lebih berkesinambungan dari dekade kerugian sebelumnya. Penurunan kemudian untuk beberapa ekuitas lebih buruk dibandingkan dengan pasar tahun 1929, dan kegagalan perusahaan yang diikuti oleh ledakan sejarah. Singkatnya setelah serangan teroris pada 11 September 2001, merubah banyak perspektif dalam manajemen resiko finansial. Sehingga pada saat ini investasi dengan logam mulia dan komoditas energi menjadi lebih menarik dalam lingkungan geopolitik yang belum menentu seperti kondisi sekarang ini, guna mengurangi resiko finansial yang akan terjadi di masa yang akan datang.(dialihbahasakan dan diresume dari Arthur Keown,John D. Martin, JOHN W PETTY, DAVID F SCOTT.2004 Financial Management: Principles and Application International Edition Ed-10 )